Jakarta – Kondisi dianggap “jauh dari layak” seputar Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatra Utara terus beredar di jagat maya. Selain fasilitas di sekitar lokasi pertandingan, nasi kotak  tidak lepas dari sorotan publik.
Salah satunya dibagikan akun TikTok atlet kurash asal Lampung, Hadi Prayitno, @hadi_hfc, Senin, 9 September 2024. Di rekaman berdurasi 36 detik tersebut, ia terlihat membuka berisi nasi berserta sejumlah lauk, seperti tumis buncis, dua buah tempe potongan kecil, satu potong ikan, dan sepotong ayam goreng serundeng.
Ia juga mendapat kerupuk, satu pisang goreng, dan beberapa makanan ringan. “Ya begitulah,” katanya menutup video tersebut. Melihatnya, warganet mengaku miris. “Daging ayam nya sekali HAP ludes 🥴,” kata salah satunya, sementara yang lain berkomentar, “Fungsi mo*ogi (merek snack) buat apa??? Atlet disuruh makan mo*ogi???”
Advertisement
“Barusan lewat makanan atlet pon di medan, menunya daging, ayam, telur, pergedel mana potongan lauknya besar2 😅 kalo ini mah mending beli nasi ayam penyet 10rb🤣,” sambung seorang pengguna. “Lebih mewah Jum’at berkah bang,” sindir warganet lainnya.
Sayangnya, ini bukan yang paling parah. Melansir merdeka.com, Jumat (13/9/2024), kontingen dan atlet PON Aceh-Sumut telah memprotes konsumsi yang sering terlambat diantar, tidak layak dimakan karena basi, dan porsi yang sedikit. Komplain itu ramai-ramai disebar lewat media sosial.
Ketua Bidang Konsumsi Pengurus Besar (PB) PON Wilayah Aceh, Diaz Furqan, mengakui adanya komplain soal konsumsi untuk kontingen dan atlet dari berbagai daerah. “Kami memohon maaf atas beberapa kendala. Namun begitu, perbaikan dan evaluasi cepat kami lakukan,” kata Diaz pada wartawan, Rabu, 11 September 2024.
Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo mengaku telah mendengar keluhan atlet ihwal makanan yang disediakan panitia. “Ini akan jadi catatan dan evaluasi,” tegas Dito saat jumpa pers di Media Center PON di Hotel Hermes, Banda Aceh, Minggu, 8 September 2024.
Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) menduga konsumsi untuk atlet dan kontingen PON XXI kental beraroma korupsi sejak awal. Koordinator MaTA, Alfian, menyebut, berdasarkan dokumen yang didapatnya, per satuan harga nasi kotak untuk atlet PON Rp50.900 per porsi dengan total Rp30,8 miliar.
Sementara untuk makanan ringan, harga satuan Rp18.900 per porsi dengan total harga Rp11,4 miliar. Ia mengatakan, dana pengadaan konsumsi itu bersumber dari pemerintah pusat dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA). Total anggarannya mencapai lebih dari Rp42 miliar.
“Kalau dilihat dari sisi bujet, pengadaan makanan dan snack di proses perencanaan sudah berpotensi terjadi mark up. Standar di Aceh (makanan) Rp30 ribu itu sudah sangat mewah,” ujarnya pada merdeka.com, Kamis, 12Â September 2024.
Tapi fakta di lapangan, tutur Alfian, nasi untuk atlet dan kontingen PON banyak yang basi, berulat, dan sering terlambat diantar. “Kalau seperti itu, kondisi makanan sama sekali tidak sampai Rp20 ribu harganya,” ujarnya.
Alfian juga mengungkap sistem tender pengadaan konsumsi PON yang janggal. Pemenang tender adalah PT Aktifitas Atmosfir, perusahaan yang beralamat di Cilandak, Jakarta Selatan. “Skema yang kita lihat dari proses tender saja itu kan dari e-katalog ya dengan mekanisme langsung ditunjuk dan itu salah satu perusahaan beralamat di Jakarta, tapi aktor-aktornya ini ada di Aceh,” ungkapnya.
Di keterangan terpisah, Diaz mengatakan, makanan untuk atlet dan kontingen yang disediakan vendor konsumsi PT Aktifitas Atmosfir seragam dan tidak berbeda antara satu kontingen dengan kontingen lain. Ia mengaku, konsumsi dimasak di Aceh, bukan di Jakarta.
Layanan konsumsi nasi dan makanan ringan, tutur Diaz, sesuai harga yang tertera dalam kontrak. Harga satuan per porsi nasi Rp50.900, sementara snack per satuannya Rp18.900.
“Ada beberapa memang kondisi (makanan) tidak enak lagi. Kami juga sudah beberapa kali menyampaikan pada LO yang berada di lokasi agar makanan itu dipindahkan dulu supaya bisa diuji tim K3L,” kata Diaz Furqan, Kamis, 12Â September 2024.
Namun kenyataan di lapangan, klaim Diaz, makanan diduga sudah tidak layak konsumsi tetap dimakan para atlet dan official. Jadi, pihaknya tidak bisa lagi melakukan pemeriksaan kondisi makanan tersebut. Ihwal keterlambatan konsumsi, Diaz beralasan itu terjadi akibat miskomunikasi antara LO dengan penyedia makanan dan atlet saat memesan konsumsi.Â
Selain itu, jarak tempuh ke lokasi atlet menginap atau venue tempat pertandingan, menurut dia, ikut memengaruhi keterlambatan distribusi makanan. Menanggapi masalah ini, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Aceh mengaku telah turun ke lapangan melakukan monitoring dan evaluasi (Monev).
Auditor Ahli Madya BPKP Aceh Jufridani mengatakan, tim tersebut terdiri dari BPKP Aceh, Inspektorat Aceh, dan BPKP Pusat. Mereka mengumpulkan seluruh informasi dan dokumentasi untuk melihat kondisi ril konsumsi di lapangan yang disediakan vendor.
Jufridani menyebut, Monev dilakukan hingga nanti PON berakhir. Menurutnya, kontrak penyediaan konsumsi bisa saja berubah setelah review. PB PON disebut akan membayarkan pada vendor sesuai kondisi ril di lapangan.